Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar kata evolusi? Manusia? Beberapa hal akan berevolusi dari masa ke masa, kopi pun juga berevolusi. Berbicara tentang kopi, kini dunia perkopian tengah memasuki gelombang ketiga (third wave). Sebelum jauh berbicara tentang third wave, mari kita bahas dari first wave terlebih dahulu.
First Wave
Seperti namanya ini adalah fase gelombang pertama. Fase ini bermula sekitar tahun 1800-an. Pada masa itu, kopi diproduksi dengan harga yang masih terjangkau dan mudah untuk dikonsumsi (instan).
Di era first wave, para pelaku industri kopi mengedepankan kopi kemasan dengan tujuan mempermudah konsumen ketika disajikan. Beberapa pelopor yang memiliki peranan penting di era first wave ini, antara lain Nestle, Maxwell House, serta Folgers.
Image from Daily Coffee New
Pemasarannya juga tidak tanggung-tanggung untuk mempromosikan produknya. Pada era first wave peminum kopi ini dibanjiri dengan kopi kemasan. Tahun demi tahun rupanya keberadaan kopi instan menuai kritikan. Karena, bagi para peminum kopi di era first wave ini rasanya kurang memuaskan. Hingga pada akhirnya memasuki era yang mana orang tidak hanya mengkonsumsi kopi dengan harga yang terjangkau dan mudah, melainkan adanya rasa ingin tahu mengenai asal-usul kopi yang diminum oleh penikmat kopi.
Second Wave
Setelah melewati masa first wave, saatnya era second wave mulai menjamah, para penikmat kopi mulai gerah dengan keberadaan kopi instan dan cita rasa yang di luar ekspektasi.
Mereka justru memiliki segudang pertanyaan atas rasa ingin tahu tentang kopi yang diminum. Mulai dari biji kopi hingga proses roasting. Era ini ditunjukkan dengan keberadaan kedai Starbucks yang memiliki outlet pertamanya di Seattle, Washington. Berangkat dari sana, lalu bermunculan kedai kopi seperti Starbucks di berbagai belahan dunia, salah satunya di Indonesia.
Persepsi para penikmat kopi tidak hanya sekedar memilih dan meminum kopi, selain keingintahuan tentang kopi, mereka pun juga tergugah untuk belajar menyeduh kopi sendiri dengan metode manual brew, salah satunya French Press. Alhasil mereka pun mulai untuk meninggalkan kopi instan.
Kualitas kopi juga mulai diperhatikan pada era second wave ini, sajian espresso pun juga mulai marak di kalangan masyarakat. Contohnya, Starbucks memiliki beberapa menu pilihan Frappucino yang mampu mencuri perhatian para penikmat kopi. Di era ini, dark roast dan espresso menjadi sajian baru setelah melewati masa first wave. Sehingga, di era ini dapat disebut bahwa kopi tidak hanya untuk diminum dan sumber kafein, melainkan untuk dinikmati.
Third Wave
Memasuki tahun 1990, rupanya kopi mulai menunjukkan eksistensi dan mulai memiliki penggiat kopi yang tak sekadar menikmati kopi untuk kebutuhan kafein. Mereka juga ingin mengetahui cerita tentang kopi itu sendiri, mulai dari fase panen, paska-panen, hingga disajikan. Bahkan, di era ini penikmat kopi kerap memberikan reaksi terhadap cita rasa kopi (baik atau buruk), serta penyajian kopi yang dianggap tidak benar.
Hal tersebut akan menimbulkan opini dan cerita kopi tersendiri bagi setiap orang yang mengkonsumsinya. Bagi mereka yang mengikuti cerita kopi, mereka begitu apresiasi dalam secangkir kopi dan mengerti bahwa tiap cangkir memiliki semacam pengalaman di tiap racikannya.
Di dalamnya melibatkan para petani kopi mulai dari menanam hingga memanen kopi. Para petani berjuang melindungi tanaman mereka dari beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas kopi. Bahkan, petani kopi kerap menganggap biji-biji kopi yang ditanamnya layaknya menjaga anaknya sendiri.
Pada era third wave ini juga mulai muncul istilah 'single origin'. Sebuah terminologi untuk mengenali kopi secara spesifik, mulai dari asal kebun, ketinggian penanamannya, varietasnya, hingga proses pasca panen.
Selain itu, pada fase ini juga tidak ketinggalan dengan 'specialty coffee' atau kopi spesial. Kopi spesial ini meliputi kopi premium. Kopi tersebut tumbuh di daerah yang memiliki iklim ideal dan berbeda pada umumnya, serta minim kecacatan pada biji kopi. Sehingga, seperti yang dilansir dalam portal https://thirdwavecoffee.in bahwa specialty coffee adalah kopi yang memiliki grade lebih dari 80 hingga 100 poin berdasarkan Specialty Coffee Association of America (SCAA).
Selain itu, roaster pun memiliki peranan penting di era Third Wave ini. Dalam hal ini, para roaster harus memahami proses secara detail, seperti perubahan kimia yang terjadi pada kopi selama proses roasting dilakukan.
Photo by Jakub Kapusnak on Unsplash
Peran penting lainnya di era Third Wave ini terletak pada barista (brewer). Dalam hal ini, barista ditantang untuk punya pengetahuan lebih tentang kopi yang diraciknya dan mampu mengolah kopi untuk memastikan bahwa karakter asli dari kopi tersebut tercermin dalam sebuah cangkir. Melihat perkembangan kreativitas pada barista, World Coffee Event membuat sebuah kompetisi tingkat dunia yang kini dikenal sebagai World Barista Championship (WBC) yang bermula dari Monte Carlo di tahun 2000.
Lalu, para barista juga dapat menceritakan tentang pengalaman mereka dalam meracik kopi hingga dituang ke dalam cangkir.
Keberadaan cafe yang menyajikan specialty coffee pun mulai marak di kota-kota besar, Gordi pun menyajikan kopi dari berbagai beans pilihan terbaik yang telah dikurasi.
Jadi, silahkan pilih kopimu berdasarkan cerita kopi favoritmu!