Memilih Waktu Minum Kopi di Bulan Puasa

Memilih Waktu Minum Kopi di Bulan Puasa

Jumlah penikmat kopi di Indonesia menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 7% setiap tahun. Hal tersebut dilansir dalam laman Berita Satu yang menyatakan bahwa penyebabnya didasari oleh gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini. Alasan lain seseorang mengonsumsi kopi tentunya karena adanya manfaat minum kopi bagi tubuh dan rasanya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi kopi, yaitu dari sisi waktu. Setiap orang memiliki waktu yang berbeda dalam mengonsumsi kopi. Tentu saja pilihan waktu yang dipilih memiliki alasan yang berbeda. Bagaimana jika memasuki bulan puasa? Apakah Anda tidak minum kopi selama satu bulan? Atau, justru mengatur waktu untuk tetap bisa minum kopi? Adakah manfaat minum kopi di bulan puasa?

Minum kopi di bulan puasa

Ketika kami menanyakan terkait dengan waktu minum kopi kepada beberapa orang di sosial media (Facebook dan Instagram), jawaban yang diberikan cenderung memilih untuk mengkonsumsi di malam hari setelah berbuka puasa dan setelah tarawih. Meski demikian, kami juga mendapatkan jawaban yang berbeda, yaitu sebelum batas waktu sahur.

“Apa yang terjadi jika minum kopi sebelum melewati batas waktu sahur? Apakah manfaat minum kopi akan hilang?”

Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari salah satu laman yang membahas tentang kesehatan, jika mengonsumsi kopi saat sahur akan cepat mengalami dehidrasi, karena kopi akan lebih mudah menguras cairan tubuh. Benarkah demikian?

Hal tersebut diakui oleh ahli nutrisi PERSAGI, dr. Rita Ramayulis, DCN, M. Kes yang dilansir dalam website Liputan 6 bahwa, “Kalau kopi diminum saat berbuka puasa, risikonya dapat terjadi pada peningkatan asam lambung. Jika mengkonsumsinya waktu sahur sifatnya diuretik. Jadi, akan mudah terasa dehidrasi,” katanya.

Jangan minum kopi saat sahur

Kondisi lain pun dapat terjadi jika mengonsumsi kopi di waktu sahur, seperti dapat mengganggu sistem pencernaan. Pada dasarnya, kopi dapat meningkatkan asam klorida dan cairan lambung untuk membantu menghancurkan makanan dalam perut. Seperti yang dilansir oleh Detik.com bahwa kondisi perut yang kosong dapat menimbulkan bahaya minum kopi, seperti merusak bagian dalam perut yang bisa mengakibatkan maag. Hal ini begitu mudah terjangkit bagi seseorang yang memiliki peradangan lambung atau dikenal dengan istilah gastritis.

Prinsipnya, ketika Anda baru bangun tidur ingin melakukan sahur, perut Anda dalam keadaan kosong. Pada saat itu, tubuh akan memproduksi hormon kortisol yang mampu menambah energi dan jauh lebih fokus dalam melakukan aktivitas. Namun, hormon tersebut tidak akan bertahan dalam waktu yang lama.

Image Source : Unprint.id

Seperti yang dikatakan oleh Detik.com bahwa hormon kartisol dapat berkurang di waktu siang atau sore hari. Dengan demikian, ketika mengonsumsi kopi di pagi hari dalam keadaan perut yang kosong akan mengganggu kerja hormon kortisol, sehingga dapat membuat tubuh Anda terasa lemah.

“Lalu, kapan waktu terbaik minum kopi di bulan puasa?”

Waktu terbaik minum kopi di bulan puasa penting sekali diketahui dan tidak bisa dilakukan secara sembarang. Jika tidak memperhatikan hal itu, maka dapat memicu bahaya minum kopi yang berdampak pada bagian lambung. Jika sahur bukan waktu yang tepat, apakah saat berbuka menjadi pilihan terbaik?

Laman Hellosehat.com menjelaskan bahwa seseorang yang seringkali mengonsumsi kopi, kemudian secara tiba-tiba tidak mengonsumsi akan menimbulkan bahaya seperti sakit kepala atau tubuh terasa lemas kurang energi. Memang tidak mudah bagi penikmat kopi untuk menemukan waktu yang tepat, apalagi untuk berhenti minum kopi selama satu bulan. Maka, untuk menyiasatinya adalah dengan mengonsumsi kopi setelah berbuka puasa. Mengapa demikian?

Image Source : Wellandgood.com

Hal tersebut diakui oleh dr. Rita Ramayulis, bagi seseorang yang memiliki kebiasaan minum kopi setiap hari, waktu yang tepat untuk minum kopi di bulan puasa adalah dengan jarak satu hingga dua jam setelah berbuka puasa. Alasannya, di waktu tersebut lambung cenderung lebih siap untuk menerima asupan kopi, karena sudah terisi dengan makanan dan memiliki waktu jeda. Sehingga, ketika minum kopi tidak akan terjadi reaksi peningkatan asam lambung.

Selain itu, mengonsumsi kopi idealnya tidak larut malam. Seperti yang dilansir dalam Hellosehat.com bahwa sebisa mungkin mengonsumsi kopi tidak lewat dari 1-2 jam setelah berbuka (jam 7-8 malam). Menurut dr. Rita Ramayulis, kopi tidak sama dengan snack. Apabila mengonsumsi kopi di atas jam 8 malam, maka berpotensi mengganggu jam tidur Anda. Jika idealnya dalam satu hari mengkonsumsi kopi sebanyak 2-3 cangkir, maka untuk di bulan puasa 1 cangkir kopi pun sudah cukup.

Hal penting dalam mengonsumsi kopi di bulan puasa

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan tetap bisa mengkonsumsi kopi tanpa mengganggu jadwal puasa dan kesehatan tubuh. Antara lain meliputi :

  1.    Memilih waktu terbaik minum kopi

Sekali lagi kami sampaikan bahwa mengkonsumsi kopi di bulan puasa tidak ada larangannya, asalkan tidak dijadikan sebagai pelengkap takjil atau sajian utama berbuka puasa. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah memilih waktu terbaik minum kopi.

Image Source: Yoshiko Ivanka - Unsplash

Pada paragraf sebelumnya, kami sudah membahas bahwa kopi memiliki sifat deuretik, sehingga menyebabkan produksi urine meningkat dan menyebabkan dehidrasi. Maka, tak heran jika ahli gizi menyarankan untuk tidak mengonsumsi kopi di waktu sahur bagi yang menjalani ibadah puasa, melainkan setelah berbuka puasa dengan jeda 1-2 jam atau tidak lebih dari jam 8 malam.

  1.    Jangan lupa minum air mineral

Selain harus mengisi perut dengan makanan terlebih dahulu sebelum mengonsumsi kopi, tidak lupa untuk meminum air mineral baik sebelum atau setelah minum kopi. Fungsi air mineral di sini adalah untuk menetralisir dampak yang diberikan oleh kafein, serta mencegah terjadinya dehidrasi.

“Ketika  memesan kopi filter atau espresso-base, pernahkah Anda disediakan air putih secara bersamaan?”

Hal itu dilakukan bukan tanpa alasan. Air yang diberikan memang untuk penikmat kopi yang memesan kopi tujuannya untuk menetralisir indera perasa. Karena tidak menutup kemungkinan Anda sudah mengonsumsi makanan atau minuman yang memiliki aroma begitu kuat.

Ternyata, selain untuk menetralisir indera perasa, salah satu blog yang membahas tentang kopi pun menjelaskan bahwa fungsi air mineral yang disediakan tersebut dapat meleburkan efek kafein dalam tubuh. Jadi, bagi Gordian yang tidak terbiasa dengan efek kafein, hal ini bisa dilakukan setelah mengkonsumsi kopi.

  1.    Mengurangi kadar kafein

Bagi Gordian yang mengonsumsi kopi setiap hari, seberapa sulit untuk mengurangi asupan kafein di bulan puasa? Tentu saja jawabannya pasti beragam. Bahkan, mungkin saja ada yang tidak mengurangi. Kami tahu pasti untuk melakukannya tidaklah mudah, namun masih bisa dilakukan secara bertahap. Ingat, mengurangi bukan berarti berhenti ngopi ya.

Seperti yang dilansir dalam Cleveland Clinic Abu Dhabi mengatakan bahwa mengonsumsi kafein secara berlebihan memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan. Bagaimana cara menguranginya? Umumnya, kadar kafein yang ideal untuk dikonsumsi seseorang adalah tidak lebih dari 400 mg sehari (jika tidak berpuasa). Artinya, di bulan puasa kadar tersebut masih perlu dikurangi lagi hingga 200-300 mg, atau Anda juga bisa mengganti kopi yang biasa diminum dengan kopi tanpa kafein atau dikenal sebagai kopi decaf, seperti Nescafe Decaf, Bon Cafe Decaffeinated, Sanka Decaf, Coffesso Decaf, dan sebagainya.

Kandungan kafein dalam kopi decaf ini sudah dihilangkan sekitar 94-98 persen, tergantung biji yang digunakan. Seperti yang dilansir dalam laman Kompas.com, sebuah penelitian yang dilakukan pada 2006 di University of Florida menjelaskan bahwa untuk mendapatkan efek yang sama dengan kopi mengandung kafein, Anda bisa mengonsumsi kopi decaf sebanyak 5-10 cangkir. Kopi decaf juga aman dikonsumsi bagi ibu hamil, lho! Gordian sudah pernah mencoba kopi tersebut?

  1.    Memilih jenis kopi rendah kafein

Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Jika sudah mengetahui jumlah kafein yang ideal untuk dikonsumsi saat bulan puasa, maka Anda bisa memilih jenis kopi yang ingin dikonsumsi. Perlu diketahui bahwa tidak semua kopi memiliki dampak buruk bagi kesehatan, terutama pada lambung. Misalnya, memilih kopi dengan kandungan kafein yang rendah atau kopi decaf seperti yang sudah di jelaskan pada poin sebelumnya.

“Bagaimana cara menghilangkan kandungan kafein pada kopi decaf?”

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menghilangkan kafein pada kopi. Proses ini pertama kali dilakukan tahun 1905 oleh Jerman Ludwig Roselius, salah satu pedagang kopi di Jerman. Berdasarkan info yang dilansir oleh Kompas.com, Roselius menghilangkan kandungan kafein pada biji kopi dengan memanfaatkan bensin. Seiring dengan berjalannya waktu, diketahui bahwa bensin begitu bahaya untuk dikonsumsi, karena memicu terjadi kanker. Melihat hal itu, proses decaf saat ini sudah tidak menggunakan bensin lagi, namun dibagi menjadi 3 proses, yaitu :

Proses Bahan Kimia

Proses ini menggunakan zat kimia, seperti larutan etil asetat untuk menghilangkan kadar kafein pada biji kopi. Biji kopi dikukus dan dicuci menggunakan zat etil asetat. Setelah itu, dikukus kembali untuk menghilangkan kandungan larutannya. Jika sudah bersih, maka biji kopi dijemur hingga kering sebelum disangrai. Proses ini juga dikenal dengan proses naturally decaffeinated.

Proses Swiss Water

Metode ini mulai diterapkan secara komersil sekitar 1970. Proses menghilangkan kadar kafein dilakukan dengan menggunakan air panas. Biji kopi hijau direndam hingga kadar kafein dalam biji kopi hijau berkurang. Kemudian, air sisa rendaman disaring menggunakan activated charcoal untuk menghilangkan kadar kafein.

Hasilnya, menurut Kastle yang dilansir dalam laman Kompas.com menjelaskan bahwa kopi yang sudah diproses mengandung kafein 2-15 miligram. Tentu saja sangat jauh lebih rendah jika dibandingkan kopi pada umumnya memiliki kandungan kafein 80-100 miligram

Proses Karbondioksida Superkritis

Proses ini merupakan proses yang terbaru untuk membuat kopi decaf. Berdasarkan informasi yang dilansir oleh BBC.com, biji kopi yang direndam dimasukkan ke dalam wadah kedap udara yang terbuat dari bahan baja. Kemudian, wadah tersebut ditutup rapat dan diberikan tekanan CO2 hingga 703 kg per meter persegi.

Proses pembuatan kopi decaf tersebut memberikan gambaran bahwa kadar kafein yang terdapat dalam biji kopi benar-benar diminimalisir sehingga hasil kandungan kafeinnya berbanding jauh dan aman untuk diminum di bulan puasa. Memilih jenis kopi menjadi pilihan bagi Gordian selain harus memilih waktu yang tepat untuk minum kopi.


Salah satu ahli kopi, Adi W. Taroepratjeka mengatakan bahwa kopi arabika masih aman untuk dikonsumsi, karena memiliki kadar kafein yang rendah.  Apabila kopi yang dikonsumsi memiliki kadar kafein yang tinggi, seperti kopi robusta yang lebih kuat, dapat bersifat racun bagi lambung. Hal ini menjadi salah satu faktor bahaya minum kopi.

Adi menambahkan bahwa Hal ini mudah menyerang bagi seseorang yang memiliki lambung sensitif. Lambung pun memiliki batasan untuk bisa menerima asupan kafein dalam tubuh. Dengan demikian, tak heran jika beberapa ahli gizi menyebutkan bahwa idealnya seseorang dapat mengonsumsi kopi sebanyak dua cangkir dalam sehari.

Memberikan asupan ke dalam tubuh memang perlu diperhatikan, termasuk dalam mengonsumsi kopi. Ternyata, tak hanya memiliki manfaat minum kopi saja, namun bahaya minum kopi pun bisa saja terjadi jika kita tidak bisa mengatur pola yang baik. Jadi, apakah Anda tetap memilih minum kopi di bulan puasa dengan waktu terbaik minum kopi, atau berhenti mengkonsumsi kopi selama bulan puasa?

Silakan tentukan pilihanmu dan selamat menjalankan ibadah puasa. 😊

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Please note, comments must be approved before they are published

Sidebar

Blog categories

This section doesn’t currently include any content. Add content to this section using the sidebar.

Recent Post

This section doesn’t currently include any content. Add content to this section using the sidebar.

Blog tags